Cara Termudah Menangani Siswa yang Sering Terlambat ke Sekolah
![]() |
| terlambat dengan pendekatan penuh empati. (Sumber: Canva AI/KREASIGURU) |
KREASIGURU - Masalah keterlambatan siswa merupakan hal yang sering terjadi di banyak sekolah. Walaupun terlihat sepele, kebiasaan datang terlambat dapat berdampak buruk terhadap disiplin dan prestasi belajar. Guru serta pihak sekolah perlu memiliki strategi efektif untuk menangani masalah ini tanpa harus membuat suasana belajar menjadi tegang.
9 Langkah Tangani Murid Terlambat Sekolah
Sikap terlambat sering kali muncul karena berbagai alasan, mulai dari faktor keluarga hingga kebiasaan pribadi. Namun, penanganan yang tepat tidak cukup dengan hukuman semata. Pendekatan yang bijaksana dan penuh empati akan lebih efektif membentuk kebiasaan positif dalam diri peserta didik. Berikut ini 9 cara menangi peserta didik yang sering terlambat ke sekolah:
1. Pahami Penyebab Keterlambatan Siswa
Langkah pertama yang harus dilakukan guru adalah memahami akar masalah keterlambatan. Tidak semua siswa terlambat karena malas atau tidak disiplin. Ada yang terlambat karena jarak rumah jauh, kendaraan umum terbatas, atau karena harus membantu orang tua lebih dulu di pagi hari.
Guru perlu melakukan komunikasi langsung dengan siswa yang sering datang terlambat. Melalui pendekatan personal, penyebab sebenarnya bisa diketahui dengan lebih jelas. Setelah memahami akar masalah, guru dapat menentukan solusi yang tepat tanpa membuat siswa merasa disalahkan.
2. Ciptakan Hubungan yang Akrab dan Terbuka
Pendekatan emosional yang hangat menjadi kunci keberhasilan dalam menangani siswa yang sering terlambat. Guru sebaiknya membangun hubungan positif agar peserta didik merasa nyaman dan tidak takut mengungkapkan alasan keterlambatannya. Dengan cara ini, siswa akan merasa dihargai dan didengarkan.
Ketika hubungan terjalin dengan baik, nasihat guru akan lebih mudah diterima. Siswa cenderung lebih terbuka terhadap arahan yang disampaikan dengan nada lembut dibandingkan teguran keras. Melalui komunikasi yang humanis, guru tidak hanya mendidik kedisiplinan, tetapi juga membangun karakter tanggung jawab dalam diri siswa.
3. Terapkan Aturan Sekolah Secara Konsisten
Kedisiplinan tidak akan terbentuk tanpa penerapan aturan yang tegas dan adil. Sekolah perlu memiliki tata tertib yang jelas mengenai jam masuk, sanksi, serta prosedur penanganan keterlambatan. Namun, aturan tersebut harus dijalankan secara konsisten agar siswa memahami pentingnya datang tepat waktu.
Selain itu, guru dan staf sekolah perlu menjadi teladan dalam hal kedisiplinan waktu. Ketika siswa melihat contoh langsung dari pendidiknya, mereka akan lebih mudah meniru perilaku positif. Ketegasan yang diiringi keteladanan akan menciptakan lingkungan sekolah yang tertib dan saling menghargai waktu.
4. Gunakan Sistem Pengingat dan Dorongan Positif
Beberapa siswa terlambat bukan karena sengaja, tetapi karena kurang manajemen waktu. Sekolah dapat membantu dengan membuat sistem pengingat seperti bel tambahan atau pesan singkat bagi siswa yang sering terlambat. Hal kecil ini bisa membantu mereka menyesuaikan rutinitas pagi dengan lebih baik.
Selain pengingat, pemberian penghargaan bagi siswa yang selalu datang tepat waktu juga dapat memotivasi yang lain. Misalnya, sekolah dapat membuat “Papan Disiplin” yang menampilkan nama siswa paling rajin setiap minggu. Dengan metode positif seperti ini, semangat siswa untuk hadir tepat waktu akan meningkat tanpa tekanan.
5. Libatkan Orang Tua dalam Solusi Bersama
Masalah keterlambatan sering kali berakar dari kondisi di rumah. Oleh sebab itu, komunikasi antara sekolah dan orang tua harus berjalan dengan baik. Guru dapat mengundang orang tua untuk berdiskusi secara pribadi agar menemukan solusi bersama sesuai kebutuhan anak.
Melalui kerja sama ini, orang tua dapat membantu mengatur rutinitas pagi anaknya agar lebih teratur. Misalnya, menyiapkan perlengkapan sekolah sejak malam hari atau membangunkan anak lebih awal. Ketika orang tua ikut berperan, kebiasaan terlambat akan lebih mudah diatasi karena dukungan datang dari dua arah.
6. Terapkan Konsekuensi yang Mendidik, Bukan Menghukum
Sanksi yang diberikan kepada siswa terlambat sebaiknya bersifat mendidik, bukan menakutkan. Misalnya, meminta mereka membantu kebersihan kelas atau melakukan tugas sosial ringan di sekolah. Dengan begitu, mereka belajar tanggung jawab tanpa merasa dipermalukan.
Pendekatan ini mengajarkan makna disiplin secara positif. Siswa akan menyadari bahwa setiap tindakan memiliki konsekuensi, namun tetap dalam suasana yang membangun. Cara seperti ini terbukti lebih efektif dibandingkan hukuman fisik atau teguran keras yang bisa menimbulkan trauma.
7. Bangun Motivasi dan Kesadaran Diri Siswa
Mengubah kebiasaan buruk seperti terlambat datang membutuhkan motivasi dari dalam diri siswa. Guru dapat memberikan motivasi melalui nasihat ringan, cerita inspiratif, atau contoh nyata dari tokoh sukses yang menghargai waktu. Dengan pendekatan inspiratif, siswa akan lebih mudah memahami pentingnya disiplin waktu dalam kehidupan.
Selain itu, guru juga dapat membuat sesi refleksi singkat di pagi hari. Misalnya, mengajak siswa menulis target harian atau alasan mengapa datang tepat waktu itu penting. Aktivitas sederhana ini dapat menumbuhkan kesadaran diri yang perlahan mengubah perilaku menjadi lebih baik.
8. Gunakan Pendekatan Teknologi untuk Pengawasan
Sekolah modern kini bisa memanfaatkan teknologi dalam menangani keterlambatan. Misalnya, menggunakan aplikasi presensi digital yang otomatis mencatat jam kedatangan siswa. Data ini dapat dikirim langsung ke wali kelas atau orang tua sebagai laporan harian.
Selain memudahkan pengawasan, sistem digital juga membuat penanganan lebih transparan dan efisien. Dengan data yang akurat, guru dapat mengenali pola keterlambatan setiap siswa dan menindaklanjutinya dengan cepat. Teknologi menjadi alat bantu efektif tanpa harus menambah beban administratif sekolah.
9. Jadikan Disiplin Sebagai Budaya Sekolah
Kedisiplinan sebaiknya tidak hanya diterapkan dalam hal waktu, tetapi juga dalam setiap aspek kehidupan sekolah. Kepala sekolah, guru, dan siswa perlu berkomitmen menciptakan budaya disiplin yang menyenangkan. Dengan budaya tersebut, datang tepat waktu bukan lagi kewajiban, melainkan kebiasaan positif yang tumbuh dari kesadaran bersama.
Sekolah bisa menanamkan nilai disiplin melalui kegiatan harian seperti apel pagi atau doa bersama. Aktivitas rutin ini menumbuhkan rasa tanggung jawab kolektif yang memperkuat kedisiplinan individu. Budaya positif yang terbangun secara konsisten akan menjadi fondasi kuat bagi karakter siswa di masa depan.
Disiplin Waktu, Cermin Karakter Sukses
Menangani siswa yang sering terlambat membutuhkan kesabaran, pemahaman, dan strategi yang tepat. Guru perlu menjadi contoh, pembimbing, sekaligus sahabat yang membantu siswa mengatasi kebiasaan buruk secara perlahan. Kedisiplinan waktu bukan hanya soal aturan sekolah, tetapi juga latihan membangun tanggung jawab diri sejak dini.
Dengan pendekatan empatik dan konsisten, kebiasaan datang terlambat dapat berubah menjadi sikap disiplin yang mengakar kuat. Siswa akan tumbuh menjadi pribadi yang menghargai waktu, berkarakter tangguh, dan siap menghadapi masa depan dengan percaya diri. Itulah makna sejati dari pendidikan: membentuk perilaku baik yang bertahan seumur hidup.*
Penulis: Putri
